Nak…
Surat ini mungkin kelak akan kau baca ketika umurmu sudah siap untuk memahami.
Atau mungkin kau baca kembali
Jika tiba masa kehadiranku kau benci .
Nak…
Jangan merasa jijik jika nanti aku tua dan bahkan tak bisa memandikan diriku sendiri
Sampai harus kau cebokkan sisa kotoranku yang kau hindari.
Ingatlah aku pernah mengganti popokmu ketika sebelum kau bisa merayap
Sampai kau tak merasa takut lagi untuk pergi ke toilet yang sunyi senyap.
Bahkan, mungkin kau tak sanggup lagi mengingatnya, ketika baju dan celanaku kau pipisin dan berakin saat kau kutimang sampai lelap.
Nak…
Jangan kau bentak aku jika kau sering terbangun di tengah malam karena tulang-tulang tuaku berteriak.
Mungkin aku bangun dan berjalan hanya ingin mengusir sepi dan dinginnya malam yang menggemeretak.
Panggil aku dengan lembut
Tuntun aku ketempat tidurku di sudut
Seperti kami menimangmu ketika kau terbangun di tengah malam yang ribut.
Mendengar kucing yang asik becakut.
Bahkan seringnya kau menuntut untuk bersenda gurau
Sampai tak terasa kumandang adzan subuh menggema dari surau.
Nak…
Sapa aku dengan panggilan sayang.
Bahkan ketika kau baru saja pulang
Dengan masalahmu yang segudang.
Jika nanti kau berteriak kesal kepadaku hanya karena melampiaskan amarahmu
Akan pekerjaan,
Lelah,
Rumah tangga,
Dan kerewelanku.
Ingatlah, aku juga pernah melalui itu.
Ditengah susahnya kami membina rumah tangga baru
Pekerjaan dan Tunggakan yang memburu
Aku selalu tertawa melihatmu menyambutku pulang dengan haru.
Bahkan belum sempat aku menukar bajuku
Yang lebih bersih karena keringat setelah kerja sehari penuh,
Kau sudah merengek minta di gendong setelah menyusu kepada ibumu.
Nak…
Jika kau menemukanku di jalan dan tak bisa menemukan jalan pulang,
Tolong jangan berteriak atau mempermalukanku didepan orang-orang.
Ingat aku juga sering mencarimu dengan bimbang,
Ketika kau asik bermain hingga senja datang.
Nak..
Perlahanlah mengajarkan hal-hal modern kepada otakku
yang semakin hari semakin seperti membatu.
Sama seperti aku mengajarkan hal-hal baru kepadamu
Tidak terburu-buru
Tahun demi tahun berlalu.
Nak…
Aku mungkin pernah bersalah dalam dalam mendidikmu hingga dewasa.
Aku melakukannya agar kau bisa menjadi pribadi yang baik untuk mereka semua.
Berdiri ketika kau terjatuh
Bangkit ketika kau terpuruk
Menangis seperti manusia,
Bukan pembohong yang menyembunyikan kesedihanya.
Setelah semua membawaku ke akhir tujuan
Aku ingin mengucapkan..
Aku menyayangimu, Keenan.
~Teruntuk Ananda: Keenan Fairel Athariz
14 November 2013